Aku tak mampu menjawab, hanya menggelengkan kepalaku. Bokepindo Tidak, jari si rambut hitam telah masuk ke vaginaku, yang sebelumnya hanya suamiku yang pernah memainkannya. dan begitu, ia telah terlelap. “Iya, permisi. Laki-laki dan perempuan, mereka berkata begitu. Sungguh aku di luar kendali. “Loh kok therapist-nya laki-laki?”
“Iya ibu, di sini therapist-nya campur. Lagi-lagi. Dan aku lagi-lagi pipis luar biasa. Aku malu dan tak mau mereka nanti menjamah tubuhku. Dua penis laki-laki di dalam tubuhku. Namun karena tahun lalu aku melahirkan, lemak-lemak yang menumpuk selama masa hamil itu masih melekat di tubuhku. Terus kembali lagi dan berulang. Aku sungguh tak sabar. Hal yang dulu tak pernah aku dapatkan. Terlebih lagi pijatan mereka begitu nikmat, birahiku naik perlahan. Ah sungguh nikmat. “Ibu, silakan tengkurap.”, kata si pirang. Aku menjerit sejadi-jadinya. Suamiku telah berangkat kerja. Ia menarik celanaku, satu-satunya yang masih menempel di tubuhku. “Wah, bagus kok yang.”, kata suamiku, dan ia ngeloyor ke kamar.
