“Kalau yang biasa cuma dua puluh lima ribu, yang bagus tiga puluh lima ribu…”, jawabku. Bokep Anti sebenarnya masih mencintaiku, namun posisinya serba salah, ia tidak mungkin menjadi anak durhaka yang tidak mematuhi kemauan orang tuanya. Aku tak bisa lihat Anti bersedih lagi, lagian aku tidak mungkin menikmati percintaan dalam keadaan ini. “Saya….”, belum sempat menjelaskan lalu ternyata ranti pun keluar,
“Udin?”, ibu ranti sedikit lega karena anaknya mengenaliku. “Apes deh…”, kataku.Tidak apalah pikirku, anggap saja buang sial, aku bayarkan dengan uangku terlebih dahulu. Gadis itu terlihat diam lalu membuka tasnya dan melihat isi dompetnya. Kemudian kami pun berpakaian.“Anti mohon pamit mas…”, katanya dengan muka yang masih sedih. Setelah beberapa lama ku genjot, akhirnya Anti mulai terbiasa, sekarang raut wajahnya tidak memancarkan kesakitan lagi, namun ia telah menikmatinya. Aku jadi merasa sedikit bersalah padanya. Aku sudah pernah dikecewakan wanita, maka kali ini, agar tidak terlalu menyesal, maka aku harus berhasil menidurinya.Setelah ciuman bibir, kini aku sudah beralih
